Ebook “Etika dalam memberi Nama”

Oleh

Abu Muhammad Abdurrahman Sarijan

Pentingnya Pemberian Nama

Nama  adalah  ciri  atau  tanda,  maksudnya  adalah  orang  yang  diberi  nama  dapat  mengenal dirinya atau dikenal oleh orang lain. Dalam Al-Qur’anul Kariim disebutkan;

“Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak  yang  namanya  Yahya,  yang  sebelumnya Kami  belum  pernah menciptakan  orang  yang serupa dengan dia” (QS. Maryam: 7).

Dan hakikat pemberian nama kepada anak adalah agar  ia dikenal serta memuliakannya. Oleh sebab  itu  para  ulama  bersepakat  akan  wajibnya  memberi  nama  kapada  anak  laki-laki  dan perempuan1).  Oleh  sebab  itu  apabila  seseorang  tidak  diberi  nama,  maka  ia  akan  menjadi seorang yang majhul (=tidak dikenal) oleh masyarakat.

Bagi yang inginmengetahui lebih lanjut silahkan download disini

PERINGATAN BAGI YAHUDI TERLAKNAT!!!

Oleh Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali

Kepada umat (Yahudi) yang dimurkai, yang dikatakan oleh Allah:
فَبَاءُوا بِغَضَبٍ عَلَى غَضَبٍ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ مُهِينٌ
“Maka mereka mendapat kemurkaan sesudah (mendapat) kemurkaan. Dan orang-orang kafir akan mendapat siksaan yang menghinakan.” (Al-Baqarah: 90).

Kepada umat yang rendah dan hina, (yaitu) umat yang Allah timpakan kepada mereka kerendahan dan kehinaan dengan sebab kekufuran mereka dan karena mereka membunuh para nabi.
وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ
“Lalu ditimpakanlah kepada mereka kenistaan dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.” (Al-Baqarah: 61)

Inilah sifat kalian yang menyebabkan kalian tertimpa kerendahan, kehinaan dan kemurkaan Allah. Tidak ada yang bisa membuat kalian bangkit kecuali berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, sampai hari ini dan sampai hari kiamat.
selengkapnya

Ketika “Meminang” menjadi Pilihan

A.    MAKNA DAN HUKUM MEMINANG

Al-Khitbah dengan dikasrah ‘kho”nya berarti pendahuluan “ikatan pernikahan” yang maknanya permintaan seorang laki-laki pada wanita untuk dinikahi. Dan hal ini pada umumnya ada pada laki-laki. Maka yang memulai disebut “khoothoban” (yang meminang) sedang yang lain disebut “makhthuuban” (yang dipinang).Meminang itu sunnah sebelum akad nikah, karena Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam meminang untuk dirinya dan untuk yang lain. Dan tujuan meminang yaitu : mengetahui pendapat yang dipinang, apakah ada setuju atau tidak. Demikian juga untuk mengetahui pendapat walinya.

Meminang itu akan mengungkap keadaan, sikap wanita itu dan keluarganya. Dimana kecocokan dua unsur ini dituntut sebelum akad nikah, dan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang menikahi seorang wanita kecuali dengan izin wanita tersebut, sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata: telah bersabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam :

“Tidak dinikahi seorang janda kecuali sampai dia minta dan tidak dinikahi seorang gadis sampai dia mengijinkan (sesuai kemauannya),Mereka bertanya “Ya Rasulullah, bagaimana ijinnya ? Beliau menjawab ‘Jika dia diam’.

selengkapnya

Arti Sebuah Cinta

Penulis: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An-Nawawi

Cinta bisa jadi merupakan kata yang paling banyak dibicarakan manusia. Setiap orang memiliki rasa cinta yang bisa diaplikasikan pada banyak hal. Wanita, harta, anak, kendaraan, rumah dan berbagai kenikmatan dunia lainnya merupakan sasaran utama cinta dari kebanyakan manusia. Cinta yang paling tinggi dan mulia adalah cinta seorang hamba kepada Rabb-nya.

Kita sering mendengar kata yang terdiri dari lima huruf: CINTA. Setiap orang bahkan telah merasakannya, namun sulit untuk mendefinisikannya. Terlebih untuk mengetahui hakikatnya. Berdasarkan hal itu, seseorang dengan gampang bisa keluar dari jeratan hukum syariat ketika bendera cinta diangkat. Seorang pezina dengan gampang tanpa diiringi rasa malu mengatakan, “Kami sama-sama cinta, suka sama suka.” Karena alasan cinta, seorang bapak membiarkan anak-anaknya bergelimang dalam dosa. Dengan alasan cinta pula, seorang suami melepas istrinya hidup bebas tanpa ada ikatan dan tanpa rasa cemburu sedikitpun.
Selengkapnya

“ANTARA DAKWAAN & KENYATAAN”

Buletin Al-Hujjah Vol: 08-IX/Rabi’ul Awwal-1429H/April-08

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ

وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

[QS. Ali ‘Imraan: 31]

Jika hendak diartikan secara harfiah, Ayat-Ayat Cinta berarti Tanda-Tanda Cinta. “Tanda-tanda cinta kepada Allah dan Rasul-Nya”, makna inilah yang hendak kami angkat sebagai titik sentral kajian Tafsir kita kali ini. Menilik fenomena belakangan ini, dimana kaum muslimin seolah kehilangan figur sejati untuk dicintai. Mereka berbondong-bondong mengidolakan tokoh fiktif novel ketimbang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam, teladan sejati -yang riil (nyata)- bagi kaum muslimin dalam hal cinta dan ketulusan

Tafsir Ayat

selengkapnya

Cerita Dari Perang Yarmuk

“Wahai Hamba Alloh, bantulah agama Alloh, pasti Ia akan membantu kalian dan mengokohkan kaki kalian. Sesungguhnya janji Alloh adalah benar. Wahai kaum muslimin, bersabarlah kalian. Sesungguhnya kesabaran akan menyelamatkan kalian dari kekufuran dan membuat ridha Rabb kalian dan menjauhkan kalian dari celaan. Jangan sampai kalian meninggalkan tempat dan jangan memulai maju menyerbu mereka. Tetapi seranglah mereka dahulu dengan panah, dan berlindunglah kalian dengan perisai kalian. Perbanyak diam kecuali dzikir kepada Alloh dalam diri kalian, hingga aku mengintruksikan sesuatu kepada kalian, insya Alloh.”

selengkapnya

Pelajaran Berharga Dari Dakwah Syaikh Rabi’ di Sudan

Diantara anugerah Allahu ta’ala yang wajib disyukuri oleh setiap muslim adalah tersebarnya dakwah yang haq, dakwah salafiyyah, diseluruh penjuru dunia dengan begitu pesat pada dekade terakhir ini.

Tatkala Dakwah salafiyyah diemban oleh para da’i yang berilmu, memiliki hikmah dan memiliki sikap santun, mereka melaksanakan manhaj Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dan mereka praktekan sesuai dengan kemampuan, maka Allah ta’ala mendatangkan manfaat dengan sebab mereka , dan tersebarlah dakwah Salafiyyah diseluruh penjuru dunia, dengan akhlak, keilmuan, dan hikmah mereka.

Hanya saja pada hari hari ini dakwah salafiyyah mengalami kendala didalam perjalanannya, yang sangat disayangkan bahwa kendala ini tidak datang dari faktor eksternal , justru datang dari dalam, yaitu dari sebagian orang-orang yang memiliki semangat tinggi didalam dakwah tetapi miskin dalam segi akhlak, keilmuan dan hikmah dalam dakwah.
selengkapnya

Tips Meredam Marah

Marah dan emosi adalah tabiat manusia. Kita tidak dilarang marah, namun diperintahkan untuk mengendalikannya agar tidak sampai menimbulkan efek negatif. Dalam riwayat Abu Said al-Khudri Rasulullah saw bersabda Sebaik-baik orang adalah yang tidak mudah marah dan cepat meridlai, sedangkan seburuk-buruk orang adalah yang cepat marah dan lambat meridlai (H.R. Ahmad).
selengkapnya

Menu Ideal Dibulan Ramadhan

Sebagaimana hadits dari Anas bin Malik : “Rasulullah pernah berbuka puasa dengan ruthab (kurma basah) sebelum shalat, kalau tidak ada ruthab, maka beliau memakan tamr (kurma kering) dan kalau tidak ada tamr, maka beliau meminum air, seteguk demi seteguk” [HR Abu Dawud (no. 2356), Ad-Daruquthni (no. 240) dan Al-Hakim (I/432 no. 1576)]

Hadits diatas mengandung beberapa pelajaran berharga, antara lain :

[1]. Dianjurkannya untuk bersegera dalam berbuka puasa.

[2]. Dianjurkannya untuk berbuka puasa dengan ruthab (kurma basah), apabila tidak ada maka boleh memakan tamr (kurma kering), jika tidak ada pula maka minumlah air.
Selengkapnya

Kewajiban Berpuasa Ramadhan

Puasa pada bulan Ramadhan hukumnya wajib. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS al Baqarah/2 : 183).

Anjuran Untuk Berpuasa Pada Bulan Ramadhan

Dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

Artinya : Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari, no. 1901; Muslim, no. 760).

Syaikh al Albani Rahimahullah berkata,”Apabila seorang manusia tidak memiliki dosa, maka puasa akan menjadi sebab terangkatnya derajatnya, sebagaimana yang terjadi pada anak-anak yang tidak berdosa.”
Selengkapnya